Ketika angin keras berhembus, layang-layang itu tertahan oleh seutas benang. Bukannya hilang tertiup angin, layang-layang itu malah membubung tinggi. Layang-layang itu ber
getar menarik-narik, tapi benang tetap mengekang mereka, mengarahkan mereka ke atas menentang angin. Ketika
layang-layang berjuang serta bergetar melawan benang itu, mereka seakan berkata : "Lepaskan aku! Lepaskan aku! Aku ingin bebas merdeka!"
Layang-layang itu melayang, membubung serta meluncur dengan indahnya meskipun mereka terikat oleh benang dan mendapat terpaan angin kencang.
Akhirnya, salah satu benang layang-layang itu putus. Layang-layang itu bebas. "Hura.., akhirnya aku bisa bebas juga", tampaknya itu yang dikatakan oleh layang-layang itu.
Namun kebebasan dari hambatan tali tadi membawa nasibnya ditentukan oleh tiupan angin yang kurang ramah. Ia - layang-layang putus itu - terombang-ambing sampai akhirnya jatuh ke tanah, mendarat di semak-semak liar.
Kebebasan itu berakhir, dia tinggal tidak berdaya ditiup angin kesana-kemari di atas tanah tanpa ada yang menolong dan akhirnya hancur berantakan.
Kitapun kadang-kadang mirip sekali dengan layang-layang. Tuhan memberi kita hukum dan peraturan-peraturan untuk diikuti agar kita bisa tahu cara untuk menggapai ketinggian. Tuhan juga memberi kita badai cobaan untuk meningkatkan kemampuan. Hambatan dan ujian adalah tantangan yang diperlukan agar kita semakin tinggi melayang. Tapi beberapa di antara kita menyentak dan meronta-ronta, mencoba lepas dari kekangan dan peraturan-peraturan, sehingga
kita malahan tidak berhasil membubung mencapai ketinggian yang semestinya kita raih. Kita tetap tertinggal di tanah.
Marilah kita masing-masing naik ke ketinggian yang disediakan oleh Tuhan kita. Kita sadari bahwa peraturan dan kesulitan yang Tuhan berikan sesungguhnya adalah tantangan yang membantu kita untuk bisa tinggal landas, melayang tinggi dan berhasil jaya. (JM)
layang-layang berjuang serta bergetar melawan benang itu, mereka seakan berkata : "Lepaskan aku! Lepaskan aku! Aku ingin bebas merdeka!"
Layang-layang itu melayang, membubung serta meluncur dengan indahnya meskipun mereka terikat oleh benang dan mendapat terpaan angin kencang.
Akhirnya, salah satu benang layang-layang itu putus. Layang-layang itu bebas. "Hura.., akhirnya aku bisa bebas juga", tampaknya itu yang dikatakan oleh layang-layang itu.
Namun kebebasan dari hambatan tali tadi membawa nasibnya ditentukan oleh tiupan angin yang kurang ramah. Ia - layang-layang putus itu - terombang-ambing sampai akhirnya jatuh ke tanah, mendarat di semak-semak liar.
Kebebasan itu berakhir, dia tinggal tidak berdaya ditiup angin kesana-kemari di atas tanah tanpa ada yang menolong dan akhirnya hancur berantakan.
Kitapun kadang-kadang mirip sekali dengan layang-layang. Tuhan memberi kita hukum dan peraturan-peraturan untuk diikuti agar kita bisa tahu cara untuk menggapai ketinggian. Tuhan juga memberi kita badai cobaan untuk meningkatkan kemampuan. Hambatan dan ujian adalah tantangan yang diperlukan agar kita semakin tinggi melayang. Tapi beberapa di antara kita menyentak dan meronta-ronta, mencoba lepas dari kekangan dan peraturan-peraturan, sehingga
kita malahan tidak berhasil membubung mencapai ketinggian yang semestinya kita raih. Kita tetap tertinggal di tanah.
Marilah kita masing-masing naik ke ketinggian yang disediakan oleh Tuhan kita. Kita sadari bahwa peraturan dan kesulitan yang Tuhan berikan sesungguhnya adalah tantangan yang membantu kita untuk bisa tinggal landas, melayang tinggi dan berhasil jaya. (JM)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar